
Berbicara tentang sejarah Indonesia memang tidak akan ada habisnya, mulai dari sejarah kelam hingga yang berkaitan dengan prestasi di internasional. Supersemar (Surat Perintah Sebelas Maret) merupakan salah satu topik sejarah yang hingga kini masih banyak diperdebatkan.
Inti utama dari surat tersebut menyatakan bahwa Presiden Soekarno memberikan perintah kepada Soeharto yang kala itu menduduki posisi jabatan sebagai Menteri Panglima Angkatan Darat agar menangani situasi yang tidak kondusif di Indonesia. Namun, surat perintah tersebut menyimpan banyak misteri hingga menimbulkan kontroversi di masyarakat.
Kejanggalan Dikeluarkannya Supersemar
Berdasarkan argumen sejarawan dan peneliti dari LIPI bernama Asvi Warman Adam, sejak tanggal 9 Maret tahun 1966 Presiden Soekarno didesak agar mundur dari jabatannya. Saat itu Hasjim Ning Agoes Moesin Dasaad mengunjunginya di Istana Bogor, mereka merupakan pengusaha yang sedang dekat dengannya kala itu.
Kedua orang tersebut dikabarkan diutus oleh salah satu pengikut setia Soeharto yakni Mayor Jenderal Alamsjah Ratoe Prawiranegara yang menjabat sebagai asisten keuangan kala itu. Mereka menyerahkan surat titipan Soeharto yang di dalamnya berisi permintaan agar beliau mundur dari jabatannya.
Surat tersebut tidak berhasil membuat Presiden Soekarno menyerahkan jabatannya justru beliau marah hingga mendorong Soeharto mengambil tindakan keras. Pada tanggal 11 Maret 1966 Soeharto mengerahkan para mahasiswa agar berdemo di Istana Merdeka.
Menurut catatan sejarah, massa yang berdemo tidak hanya dari kalangan mahasiswa tapi juga dari anggota Kostrad (Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat) yang pada saat itu diketuai oleh Kemal Idris.
Menurut argumen dari dosen Pendidikan Pancasila Universitas Galuh bernama Terra Erlina, saat itu Presiden Soekarno mendapat tekanan keras dari para mahasiswa. Mereka melakukan aksi demonstrasi cukup besar hingga menutup akses jalan ke Istana Merdeka.
Para mahasiswa menuduh orang-orang di kabinet pemerintahan saat itu terlibat dengan G30S/PKI. Aksi demonstrasi tersebut membuat Presiden Soekarno menghentikan rapat kabinet dan pergi ke Istana Bogor untuk menghindari massa.
Janggalnya, pada saat itu Soeharto tidak terlihat di Istana sehingga ia tidak hadir di rapat kabinet dengan alasan sakit. Saat berada di Istana Bogor, Presiden Soekarno didatangi 3 jenderal anak buah Soeharto yaitu Amir Machmud, M. Jusuf, dan Basuki Rahmat untuk menyampaikan pesan yang berisi “Sampaikan kepada Presiden bahwa saya sanggup mengatasi keadaan”.
Mereka memberi usulan agar Presiden Soekarno memberikan perintah kepada Soeharto untuk mengamankannya dan mengatasi situasi saat itu. Setelah berdiskusi akhirnya Presiden Soekarno memutuskan memberi surat perintah kepada Soeharto yang disebut Supersemar.
Hilangnya Dokumen Supersemar yang Asli
Melansir dari buku “Misteri Supersemar” karya Eros Djarot, dokumen asli Supersemar ditulis menggunakan mesin ketik dengan lapisan karbon 3 rangkap. Dokumen tersebut diketik oleh Ali Ebram yang kala itu menjabat sebagai Staf Asisten I Intelijen Resimen Cakrabirawa dan ditemani Sobur ajudan Soekarno.
Dalam proses pembuatan dokumen Supersemar disebutkan bahwa Presiden Soekarno mendikte isi surat secara langsung. Namun hingga kini dokumen aslinya tidak ditemukan sehingga memunculkan keraguan mengenai isi Supersemar sebagai dokumen penting negara karena tidak ada yang dapat memastikan keasliannya.
Sebelum ditangkap di tahun 1967 Ebram mengaku bahwa dirinya masih ingat betul poin-poin yang tertulis di Supersemar dan pada akhirnya ia dijatuhi hukuman 12 tahun penjara tanpa proses peradilan. Berikut poin-poin isi Supersemar yang diungkapkan Ebram:
- Menjalankan ajaran Presiden Soekarno
- Berkoordinasi dengan panglima-panglima angkatan lain
- Memberi laporan pertanggungjawaban Panglima Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (Pangkopkamtib) kepada presiden
Isi yang tertulis di dokumen asli Supersemar menjadi misteri dalam sejarah Indonesia. Sehingga banyak orang yang meragukannya dan menimbulkan asumsi adanya manipulasi yang terencana secara sengaja untuk memudahkan Soeharto melengserkan Presiden Soekarno dan menggantikannya.